Thursday, 5 January 2017

Status Gizi Vitamin A

TUGAS
PENILAIAN STATUS GIZI
STATUS VITAMIN A PADA KVA





Oleh:
Novriansyah Surahman
S531608030



PROGRAM STUDI S2 ILMU GIZI
PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2017








A.    Pendahuluan
Vitamin A merupakan mikronutrien yang penting untuk fungsi pengelihatan dan pertumbuhan. Pada Negara Negara berkembang kasus kekurangan vitamin A  memberikan kontribusi besar terhadap kematian bayi dan mordibitas sehingga hal ini menjadi permsalahan utama gizi di Negara tersebut. Sebaliknya di Negara Negara maju kasus kekurangan vitamin A jarang dan hampir tidak ada secara eksklusif terkecuali dengan gangguan absorbsi dan pada bayi yang terlahir premature.  (Helen et al, 2012; Teresa, 2013; Helen, 2013; Christine et al, 2014). Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan gangguan seperti xerophthalmia dan rabun senja pada anak-anak, anemia dan resistensi terhadap infeksi yang dapat memperburuk penyakit menular serta resiko kematian. Hal ini dikarenakan fungsi vitamin A selain untuk pengelihatan dapat pula berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan serta berkontribusi besar terhadap system imun dan mencegah infeksi (Evellyn, 2014). Berdasarkan hal tersebut maka sangat lah penting pemberian supplement vitamin A untuk mencegah dampak buruk yang timbul akibat kekurangan vitamin A. Prevalensi Kurang Vitamin A pada balita secara signifikan terus menurun. Prevalensi xerophthalmia pada tahun 1992 sebesar 0.35%, di bawah batas masalah kesehatan masyarakat, dan turun secara signifikan dibandingkan dengan tahun 1978 (1,3%). Dari berbagai studi prevalensi kurang vitamin A subklinis (serum retinol <20 0.8="" 14.6="" 2007="" 2011="" asia="" dari="" dl="" east="" g="" gizi="" juga="" menjadi="" menunjukkan="" mikro="" nasional="" nutrition="" outh="" pada="" penurunan="" sangat="" signifikan="" span="" survey="" tahun="" urvei="" yaitu="" yang="">
B.     Tujuan
Mempelajari penilaian status gizi vitamin A pada kejadian KVA ibu hamil dan menyusui.

C.    Indikator Penilaian Vitamin A
Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratori yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Pemeriksaan biokimia mempunyai kelebihan yaitu dalam penilaian status gizi memberikan hasil yang lebih tepat dan obyektif daripada menilai konsumsi pangan dan pemeriksaan lain (Supariasa, 2002).
Pemeriksaan vitamin A secara biokimia yaitu dengan pemeriksaan serum Retinol Binding Protein (RBP) mempunyai asumsi bahwa RBP merupakan alat transport retinol. Pemeriksaan serum ini baru terlihat bila cadangan hati sudah habis atau sebaliknya. Deplesi vitamin A dalam tubuh merupakan proses yang berlangsung lama, dimulai dengan habisnya persediaan vitamin A dalam hati, kemudian menurunnya kadar vitamin A plasma, dan baru timbulnya disfungsi retina, disusul dengan perubahan jaringan epitel. (Wirjatmadi dan Adriani, 2006)
Kadar vitamin A dalam plasma tidak merupakan kekurangan vitamin A yang dini, sebab deplesi terjadi jauh sebelumnya. Apabila sudah terdapat kelainan mata maka kadar vitamin A serum sudah sangat rendah (kurang dari 5 μg/100 ml), begitu juga kadar RBPnya (< 20 μg/100ml). Konsentrasi vitamin A dalam hati merupakan indikasi yang baik untuk menentukan status vitamin A. Akan tetapi, biopsy hati merupakan tindakan yang mengandung resiko bahaya. Di samping itu, penentuan kadar vitamin A jaringan tidak mudah dilakukan. Nilai batas normal plasma vitamin A dalam darah (mg/100 ml) untuk semua umur dikategorikan kurang  < 10, margin 10 – 19, cukup : 20 (Supariasa, 2002)
D.    Kekurangan Vitamin A (KVA)
Kekurangan vitamin A terjadi karena konsumsi vitamin A yang kurang selama terus menerus dalam jangka waktu lama atau kelaparan berkepanjangan. Gejala awal yang timbul dari kekurangan vitamin A adalah rabun senja yang kemudian diikuti oleh kerusakan kornea mata. Kerusakan kornea dikarenakan pengeringan konjungtiva, diikuti dengan munculnya bintik-bintik putih buram yang disebut bitot spot. Kerusakan permanen pada kornea, lensa dan kebutaan total merupakan bagian proses dari penyakit yang timbul akibat KVA yang disebut Xerophthalmia.
Pada awal tahun 1900-an terjadi kebutaan total pada bayi di Denmark karena kekurangan vitamin A. Hal serupa terjadi di India namun dengan skala yang lebih besar. Pada populasi bayi miskin dimana sumber makanan yang diberikan hanya kacang merah, terung, labu yang notabene adalah makanan yang rendah vitamin A.
Selama bertahun tahun masalah kekurangan vitamin A di negara-negara berkembang menekan peningkatan resiko xeroftalmia yang mencakup semua manifestasi kekurangan vitamin A, meskipun telah lama menyadari bahwa vitamin A berperan penting dalam memerangi infeksi. Hal tersebut telah di buktikan oleh green dan mellanby lebih dari 60 tahun lalu, bahwa ketika hewan dibesarkan dengan diet rendah vitamin A, hampir semua mati dengan penyakit infeksi atau luka pirogenik.
Sebuah studi yang dilakukan oleh chiao et al 2016 pada tikus hamil yang kekurangan vitamin A menunjukann bahwa tikus induk yang diberi makan kurang vitamin A sebelum kawin dan selama kehamilan berpengaruh terhadap perkembangan pankreas janin. Meskipun diferensasi eksokrin tampak normal, pengembangan jaringan islet telah rusak. Di pankreas bayi tikus hanya beberapa kelompok sel endokrin dibentuk, dan kelompok sel ini tidak memiliki endotel kapiler sel. Sehingga dapat menyebabkan penyakit degeneratif saat dewasa.
E.     Penilaian Status Vitamin A
Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi tiga, yaitu : survey konsumsi makanan, statistik vital, dan factor ekologi (Supariasa, 2002). Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratori yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Pemeriksaan biokimia mempunyai kelebihan yaitu dalam penilaian status gizi memberikan hasil yang lebih tepat dan obyektif dari pada menilai konsumsi pangan dan pemeriksaan lain (Supariasa, 2002). 
Pemeriksaan vitamin A secara biokimia yaitu dengan pemeriksaan serum Retinol Binding Protein (RBP) mempunyai asumsi bahwa RBP merupakan alat transport retinol. Pemeriksaan serum ini baru terlihat bila cadangan hati sudah habis atau sebaliknya (Wirjatmadi dan Adriani, 2006).
Metode penentuan status gizi secara biokimia pada vitamin A meliputi :
1.      Serum Retinol
Kadar serum retinol menggambarkan status vitamin A ketika vitamin A dalam hati kekerangan dalam tingkat berat atau sangat berlebihan. Serum retinol merupakan indikator yang sering dipakai untuk penentuan tingkat KVA pada populasi karena banyak laboratorium yang mampu menganalisisnya dan merupakan indikator biokimia status vitamin A. Bila kadar serum retinol dalam darah 20-30µg/dl dapat di katakan simpanan dalam hati masih cukup, bila kadarnya kurang dari 10 µg/dl sudah sangat rendah dan biasanya sudah mulai muncul tanda-tanda klinis (WHO, 1996)

2.      Serum retinol binding protein (RBP)
RBP adalah protein transpor spesifik vitamin A, dinamakan holo RBP ketika berikatan dengan retinol, sedangkan bila tidak ada ikatan dinamakan apo-RBP. Bila cadangan hati menurun, yang timbul pada tingkat akhir defisiensi vitamin A, RBP berakumulasi dalam hati menjadi apo-RBP dan kadar serum retinol dan RBP menurun. Kadar normal RBP dalam darah adalah Pada anak 20-30 µg/dl dan dewasa 40-50 µg/dl, sedangkan pada KVA kadar tersebut dapat turun sampai 50% (Sandjaja dan Sudikno, 2015).

F.     Penanganan KVA
1.      Suplementasi Vitamin A pada Ibu Hamil
Kecukupan vitamin A pada ibu selama masa kehamilan sangatlah penting untuk perkembangan janin dan cadangan vitamin A dalam ASI. Penelitian Ortega et al mengatakan asupan dan status vitamin A pada wanita hamil di trimester ke tiga mempengaruhi konsentrasi vitamin A dalam ASI (Marjanka et al, 2001). WHO memperkirakan 19 juta wanita hamil diperkirakan mengalami kekurangan vitamin A. Sudah banyak penelitian yang meneliti tentang dampak dari kekurangan vitamin A pada masa kehamilan diantaranya anemia, premature, gangguan pertumbuhan janin, berat badan lahir rendah (BBLR), cacat, prewklamsi, hingga kematian bayi dan ibu (Yang, 2016).
WHO menganjurkan pemberian suplementasi vitamin A dosis tinggi maksimal 3000µg RE/hari (10.000 IU) atau 25000 IU perminggu selama masa kehamilan. Hal tersebut merupakan upaya pencegahan dari massalah masalah yang di sebabkan oleh kurangnya vitamin A pada masa kehamilan (Andrew et al, 2012). Marjanka et al menyatakan suplementasi vitamin A bermanfaat untuk meningkatkan konsentrasi serum retinol pada bayi hingga kurang lebih usia 4 bulan. Vitamin A pada ibu baik zat aktif (retinol dan retinil ester) maupun precursor provitamin A (β carotene) akan diserap oleh plasenta dan kemudian ditransfer ke janin (Lesley et al. 2015).

2.      Suplementasi Vitamin A pada Ibu Menyusui
Defiesensi vitamin A masih banyak terjadi di Negara berkembang. Survei Demografi dan Kesehatan menjukan bahwa di brasil prevalensi kekurangan vitamin A pada anak anak 17,4% dan pada wanita usia subur (WUS) 12,3%. Wanita hamil dan menyusui memiliki kebutuhan yang lebih tinggi di banding wanita dalam keadaan normal. Risiko kekurangan vitamin A diperburuk oleh asupan gizi yang rendah sehingga dapat menimbulkan infeksi pada kelompok tersebut. Organisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan pemberian suplementasi vitamin A dosis tinggi (200.000IU) sampai dengan hari ke-60 setelah melahirkan. Ross et al dalam evellyn 2014 menegaskan bahwa retinol di bawa kedalam ASI dalam dua cara yaitu melalui protein yang mengikat retinol (RBP) dan melalui kilomikron. Asi adalah sumber energi dan zat gizi pada jumlah yang memadai untuk nutrisi bayi. Kandungan dalam asi meliputi protein, lipid, karbohidrat, mineral, vitamin, limfosit, immunoglobulin dan faktor pertumbuhan (evellyn et al, 2015).
Sampai akhir kehamilan, gizi seimbang sangat penting untuk menyuplai zat gizi ke janin dalam rangka mempersiapkan untuk kelahiran dan menyusui. Pada saat dilahirkan, cadangan vitamin A pada hati bayi rendah  sehingga ASI merupakan sumber utama asupan vitamin A untuk menjaga kesehatan dan pertumbuhan bayi. Vitamin A pada ASI berasal dari sirkulasi plasma retinol (pROH) yang terikat dengan plasma retinol binding protein (pRBP) dan transthyretin dan asupan si ibu kemudian di angkut oleh kilomikron dan di bawa langsung ke kelenjar susu (Reina et al, 2014). Penelitian yang dilakukan  Evellyn et al pada ibu menyusui  menunjukan bahwa suplementasi vitamin A pada ibu menyusi terjadi peningkatan kadar retinol dalam ASI pada ibu yang puasa dan yang tidak. Dalam kondisi puasa, hampir semua retinol beredar dikaitkan dengan RBP, dan protein ini mengikat sebagian besar vitamin A. Namun ester retinil diangkut oleh kilomikron bervariasi sesuai dengan kandungan vitamin A dalam makanan, dan lipoprotein ini berkontribusi pada transportasi retinol ke kelenjar susu.

G.    Kesimpulan
Kekurangan Vitamin A (KVA) merupakan masalah gizi yang tak kunjung terselesaikan di Negara Negara berkembang. Dampak dari KVA sangatlah besar bagi ibu hamil dan bayi seperti seperti xerophthalmia dan rabun senja pada anak-anak, anemia dan resistensi terhadap infeksi yang dapat memperburuk penyakit menular serta resiko kematian.  Penilaian Status gizi vitamin A dengan menggunakan kadar serum retinol dan kadar retinol binding protein (RBP). Bila kadar serum retinol dalam darah 20-30µg/dl dapat di katakan simpanan dalam hati masih cukup, bila kadarnya kurang dari 10 µg/dl sudah sangat rendah dan biasanya sudah mulai muncul tanda-tanda klinis. Sedangkan kadar normal RBP dalam darah pada anak 20-30 µg/dl dan dewasa 40-50 µg/dl, sedangkan pada KVA kadar dapat turun sampai 50%.



Daftar Pustaka
Andrew L. Thorne-Lyman, Wafaie W. Fawzi. 2012. Vitamin A and Carotenoids   During  Pregnancy and Maternal, Neonatal and Infant Health Outcomes: a       Systematic Review and Meta-Analysis. Paediatric and Perinatal epidemiology  2012, 26 (Suppl. 1), 36–54

Chiao-Yun Chiena, Hsuan-Shu Lee, Candy Hsin-Hua Cho, Kuo-I Lin, David Tosh,          Ruei-Ren Wu, WanYu Mao, Chia-Ning Shen. 2016. Maternal vitamin A                  deficiency during pregnancyaffects vascularized islet development. Journal  of Nutritional Biochemistry 36 (2016) 51–59

Christine S. Benn, Cesario L. Martins, Ane B. Fisker, Birgitte R. Dinessa,May-Lill            Garly, Ibraima Balde, Amabelia Rodrigues, Hilton Whittle, Peter Aaby.     2014. Interaction between neonatal vitamin A supplementation and timingof   measles vaccination: A retrospective analysis of three randomizedtrials from           Guinea-Bissau. Vaccine 32 (2014)       5468–5474

Chun Yang, Jing Chen, Zhen Liu, Chunfeng Yun, Jianhua Piao and Xiaoguang Yang        . 2016. Prevalence and influence factors of vitamin A deficiency of Chinese            pregnant women. Nutrition Journal (2016) 15:12

Evellyn C. Grilo, Mayara S.R. Lima, Lahyana R.F. Cunha, Cristiane S.S. Gurgel,               Heleni A.Clemente, Roberto Dimenstein. 2014. Effect of maternal vitamin A     supplementation on retinol concentration in colostrums. J Pediatr (Rio J).            2015;91(1):81-86

Helen Mactier. 2013. Vitamin A for preterm infants. Seminars in Fetal & Neonatal            Medicine 18    (2013) 166 – 171.

Helen Mactier, MD, Daphne L. McCulloch, PhD, Ruth Hamilton, PhD, Peter        Galloway, MB, ChB,  Michael S. Bradnam, PhD, David Young, PhD, Timothy Lavy, MBBS, Lesley Farrell, Sc, and Lawrence T. Weaver, MD.             2012. Vitamin A Supplementation Improves Retinal Function in Infants at             Risk of Retinopathy of Prematurity . J Pediatr 2012;160:954-59

I.G. Guimarães, C. Lim, M. Yildirim-Aksoy, M.H. Li, P.H. Klesius. 2014. Effects of        dietary levels of vitamin A on growth, hematology,immune response and       resistance of Nile tilapia (Oreochromisniloticus) to Streptococcus iniae.    Animal Feed Science and Technology 188 (2014) 126– 136
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Rencana Kerja Pembinaan Gizi            Masyarakat Tahun 2013. Direktorat Bina Gizi.
Lesley Wassef, Varsha Shete, Brianna Costabile, Rebeka Rodas, and Loredana      Quadro. 2015.             High Preformed Vitamin A Intake during Pregnancy Prevents      Embryonic Accumulation  of Intact b-Carotene from the Maternal Circulation         in Mice. The Juornal of Nutrition

Marjanka K. Schmidt, Siti Muslimatun, Clive E. West, Werner Schultink and Joseph         G. A. J. Hautvast. 2001. Vitamin A and iron supplementation of Indonesian pregnant women  benefits vitamin A status of their infants. British Journal of        Nutrition (2001), 86, 607–615

Merryana Adriani, Bambang Wirjatmadi. 2014. The effect of adding zinc to vitamin         A on IGF-1, bone age and linear growth in stunted children. Journal of TraceElements in Medicine and Biology 28 (2014) 431–435

Ningtyas, Farida Wahyu. 2010. Penentuan Status Gizi Secara Langsung. Universitas         Negeri Jember

Reina Engle-Stone, Marjorie, J. Haskell Martin, Nankap Alex, O. Ndjebayi, and    Kenneth H. Brown. 2014. Breast Milk Retinol and Plasma Retinol-Binding      Protein Concentrations Provide Similar Estimates of Vitamin A Deficiency       Prevalence and Identify Similar Risk Groups among Women in Cameroon but       Breast Milk Retinol Underestimates the Prevalence of Deficiency among                       Young Children. The Journal of Nutrition.

Riskesdas. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013.  Badan Penelitian pengembagan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

 Sandjaja, Sudikno. 2015. SERUM RETINOL BINDING PROTEIN (RBP) IBU                MENYUSUI DAN BAYINYA  DI DUA KABUPATEN DI JAWA BARAT.             Journal of The Indonesian Nutrition Association

Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

Teresa Murguia-Peniche. 2013. Vitamin D, Vitamin A, Maternal-Perinatal Considerations: Old Concepts, New Insights, New Questions. J Pediatr     162:S26-30.

Xia Liu , Ting Cui , Yingying Li , Yuting Wang , Qinghong Wang , Xin Li , Yang Bi        , Xiaoping Wei , Lan Liu , Tingyu Li , Jie Chen. 2014. Vitamin A           Supplementation in Early Life Enhances the Intestinal Immune Response of    Rats with Gestational Vitamin A Deficiency by Increasing the Number of Immune Cells. Plos One Journal
Yi Yang M.D., Ph.D., Yajie Yuan M.D., Yuehong Tao M.D., Ph.D., Weiping Wang         M.D., Ph.D. 2011. Effects of vitamin A deficiency on mucosal immunity and   response to intestinal infection in rats. Nutrition 27 (2011) 227–232

Z Laron. 2001. Insulin-like growth factor 1 (IGF-1): a growth hormone. J Clin Pathol:       Mol Pathol 2001;54:311–316


No comments:

Post a Comment