Saturday, 7 January 2017

DIET UNTUK REMAJA (15-18) DENGAN PREMENSTRUASI SYNDROM

TANDA, GEJALA, DAN DIET
BAGI REMAJA (15 – 18 TAHUN) DENGAN PREMENSTRUASI SYNDROM


Wanita mulai dari usia remaja hingga dewasa normalnya akan mengalami periode menstruasi atau haid dalam perjalanan hidupnya. Sebelum fase menstruasi, seringkali seorang wanita mengalami premenstrual syndrome (PMS). PMS merupakan gangguan siklus yang umum terjadi pada wanita muda dan pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang konsisten, terjadi selama fase luteal pada siklus menstruasi. Gejala pada PMS dapat mengganggu aktivitas wanita sehari-hari termasuk aktifitas sosial, interpersonal, dan bahkan fungsi sosial (Saryono, 2009).


Lebih dari 200 gejala PMS dijelaskan dalam berbagai macam literatur, mulai dari gejala ringan hingga gejala berat yang mengganggu aktivitas normal. Diperkirakan bahwa 85% wanita premenopouse mengalami setidaknya satu dari gejala pramenstruasi dan 15 – 20%   masuk dalam kategori klinis mengalami PMS. Gejala PMS ini dimulai pada masa remaja dan memburuk pada saat proses penuaan. Selama usia subur, 40% wanita memiliki beberapa jenis PMS, tapi hanya 3 – 8 % yang memburuk dan dikategorikan sebagai Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD) (Zaka dan Mahmood, 2012).

Perilaku makan remaja usia 15 -18 tahun umumnya sering melakukan diet untuk penurunan berat badan dan konsumsi makanan tinggi junkfood. Konsumsi junkfood secara teratur menyebabkan kelebihan energi, protein, dan lemak namun rendah vitamin dan mineral. Diet yang tidak tepat pada remaja dapat menyebabkan kurangnya asupan gizi makro dan mikronutrien yang dibutuhkan tubuh. Remaja perempuan dengan riwayat pola makan tidak seimbang dan kurang aktivitas fisik beresiko mengalami kejadian PMS. Untuk itu, penatalaksanaan diet dan pola hidup yang sehat diperlukan dalam mengurangi dampak PMS (Rupa et. al, 2013).

A.    TANDA DAN GEJALA PREMENSTRUAL SYNDROM
Tanda dan gejala PMS bervariasi mulai dari beberapa hari hingga mencapai 2 minggu. Gejala biasanya memburuk 1 minggu sebelum dan mencapai puncaknya 2 hari sebelum menstruasi mulai. Menurut (Ryu dan Kim, 2015), secara umum tanda dan gejala PMS dikategorikan menjadi 3 yaitu gejala fisik, psikologis atau emosional, dan perilaku, sebagai berikut:
1.       Gejala fisik, seperti kelelahan, payudara penuh, sakit kepala, peningkatan berat badan, nyeri bagian tubuh, pembekaan pada extremitas, kram perut, perut kembung, timbulnya jerawat, sembelit, mudah haus dan lapar.
2.      Gejala emosional, seperti mudah marah, gugup, perubahan suasana hati (mood swing), perasaan mudah sedih, depresi, dan konflik interpersonal.
3.      Gejala perilaku, seperti hypersomnia/ insomnia, peningkatan atau penurunan nafsu makan, lesu dan ditandai kekurangan energi.
Menurut Guy Abraham (1986) dalam MRI (2003), gejala premenstruasi dapat dibagi berdasarkan klasifikasinya :
1.      Tipe – A, merupakan subtipe paling umum yang ditandai oleh kecemasan yang berlebihan, ketegangan saraf, sensitif. Peningkatan kadar estrogen darah dan penurunan progesteron menyebabkan hal tersebut.
2.      Tipe – H, subtipe paling umum kedua yang ditandai dengan retensi cairan dan garam, perut kembung, nyeri payudara, dan peningkatan berat badan. Peningkatan kadar aldosteron yang berfungsi mengatur kadar elektrolit.
3.      Tipe – C, ditandai dengan peningkatan nafsu makan, keinginan untuk makan makanan manis seperti gula halus dan olahan karbohidrat seperti roti, kue, keripik, dan makanan ringan. Diikuti oleh gejala kelelahan, jantung berdebar, sakit kepala, dan perasaan gelisah yang berlebihan. Pada tipe ini ditemukan perubahan kadar gula darah yang berlebihan.
4.      Tipe – D, subtipe paling berbahaya karena menimbulkan gejala bunuh diri. Gejala yang ditimbulkan adalah depresi, penarikan diri dari lingkungan, insomnia, pelupa,dan kebingungan. Hal ini disebabkan karena tingginya kadar hormon progesteron dan rendahnya hormon esterogen pada fase pertengahan luteal.
Deteksi dini untuk mengetahui resiko tinggi wanita menderita PMS dapat dilihat dari kadar hs-CRP protein, Indeks Masa Tubuh (IMT), dan ukuran lingkar pinggang. Basir et. al (2012) melakukan penelitian terhadap 30 responden wanita usia reproduksi (14 – 30 tahun) yang memiliki siklus menstruasi teratur.terdiri dari 15 orang yang memiliki IMT normal, dan 15 orang yang memiliki IMT obesitas. Hasil penelitian menunjukkan wanita dengan kadar hs-CRP tinggi 5 kali beresiko untuk terjadi PMS. Selain itu, peningkatan indeks massa tubuh dan ukuran lingkar pinggang wanita masing-masing meningkatkan 21 kali dan 5 kali beresiko terjadinya PMS.

B.     PENATALAKSANAAN DIET PREMENSTRUAL SYNDROM
Menurut Bussel (2013) terapi untuk penderita PMS pada remaja pertengahan usia 15 – 18 Tahun menggunakan gabungan terapi yaitu dengan pengaturan makanan / diet, suplemen,dan obat-obatan. Gejala PMS ringan sampai sedang, perubahan gaya hidup dan pola makan yang sehat dapat membantu mengurangi dan meringankan gejala. Namun, gejala PMS berat membutuhkan pengobatan lebih lanjut menggunakan obat-obatan serta ditunjang dengan pola makan yang sehat. Terdapat 4 cara untuk terapi pada penderita PMS, yaitu :


untuk lebih lanjut silah kan DOWNLOAD disini

No comments:

Post a Comment