MAKALAH PATOLOGI DASAR
Oleh:
Novriansyah Surahman
103100028
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN TANJUNGKARANG JURUSAN GIZI
2011/2012
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Difteri merupakan salah
satu penyakit yang sangat menular (contagious disease). Penyakit ini disebabkan
oleh infeksi bakteri corynebacterium diphtheria yaitu kuman yang menginfeksi
saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, Nasofaring (bagian antara hidung
dan faring atau tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui
hubungan dekat, udara yang tercemar oleh carier atau penderita yang akan
sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.
Penderita difteri umumnya
anak-anak, usia dibawah 15 tahun. Dilaporkan 10 % kasus difteri dapat berakibat
fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan pertama dari abad
ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak-anak muda.
Penyakit ini juga dijmpai pada daerah padat penduduk dingkat sanitasi rendah.
Oleh karena itu, menjaga kebersihan diri sangatlah penting, karena berperan
dalam menunjang kesehatan kita. Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan
penyakit.
Sejak diperkenalkan
vaksin DPT (Dyptheria, Pertusis, Tetanus), penyakit difteri jarang dijumpai.
Vaksi imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan system
kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak
mendapatkan vaksi difteri akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang
saluran pernafasan ini.
1.2 TUJUAN
a) Mampu melakukan pengkajian pada anak dengan
Difteri
b) Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien anak dengan Difteri
c) Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada anak dengan Difteri
d) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien anak dengan Difteri
e) Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada anak dengan Difteri
b) Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien anak dengan Difteri
c) Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada anak dengan Difteri
d) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien anak dengan Difteri
e) Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada anak dengan Difteri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Pengertian
Difteri adalah suatu penyakit infeksi toksik
akut yang menular, disebabkan oleh corynebacteri um diphtheriae dengan ditandai
pembentukan pseudomembran pada kulit dan atau mukosa.
Difteri adalah suatu infeksi demam akut,
biasanya ditenggorok dan paling sering pada bulan-bulan dingin pada daerah
beriklim sedang. Dengan adanya imunisasi aktif pada masa anak-anak dini.
(Merensien kapian Rosenberg, buku pegangan pediatric,
Hal. 337)
Difteri adalah suatu infeksi, akut yang mudah menular dan yang sering diserang adalah saluran pernafasam bagian atas dengan tanda khas timbulnya “pseudomembran”.
Difteri adalah suatu infeksi, akut yang mudah menular dan yang sering diserang adalah saluran pernafasam bagian atas dengan tanda khas timbulnya “pseudomembran”.
(Ngastiyah perawatan anak sakit, edisi 2 Hal.
41)
Diferi adalah penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari corynebacterium diphtheriae (c. diphtheriae). Penyakit ini menyerang bagian atas murosasaluran pernafasan dan kulit yang terluka. Tanda-tanda yang dapat dirasakan ialah sakit letak dan demam secara tiba-tiba disertai tumbuhnya membrane kelabu yang menutupi tansil serta bagian saluran pernafasan.
(www.podnova.com)
Diferi adalah penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari corynebacterium diphtheriae (c. diphtheriae). Penyakit ini menyerang bagian atas murosasaluran pernafasan dan kulit yang terluka. Tanda-tanda yang dapat dirasakan ialah sakit letak dan demam secara tiba-tiba disertai tumbuhnya membrane kelabu yang menutupi tansil serta bagian saluran pernafasan.
(www.podnova.com)
Difteri adalah suatu penyakit bakteri akut
terutama menyerang tansil, faring, laring, hidung, adakalanya menyerang selaput
lendir atau kulit serta kadang-kadang konjungtiva atau vagina.
(www.padnova.com)
(www.padnova.com)
2. Patofisiologi
a.
Etiologi
Penyebabnya adalah bakteri corynebacterium
diphtheriae. Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah yang dari batuk
penderita atau benda maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri.
Biasanya bakteri berkembang biak pada atau disekitar permukaan selaput lendir
mulut atau tenggorokan dan menyebabkan peradangan beberapa jenis bakteri ini menghasilkan
teksik yang sangat kuat, yang dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan
otak. Masa inkubasi 1-7 hari (rata-rata 3 hari). Hasil difteria akan mati pada
pemanasan suhu 60oc selama 10 menit, tetapi tahan hidup sampai beberapa minggu
dalam es, air, susu dan lender yang telah mengering.
b. Manifestasi Klinis
Masa tunas 3-7 hari khas adanya pseudo
membrane, selanjutnya gejala klinis dapat dibagi dalam gejala umum dan gejala
akibat eksotoksin pada jaringan yang terkena. Gejala umum yang timbul berupa demam
tidak terlalu tinggi lesu, pucat nyeri kepala dan anoreksia sehingga tampak
penderita sangatlemah sekali. Gejala ini biasanya disertai dengan gejala khas
untuk setiap bagian yang terkena seperti pilek atau nyeri menelan atau sesak
nafas dengan sesak dan strides, sedangkan gejala akibat eksotoksin bergantung
kepada jaringan yang terkena seperti iniokorditis paralysis jaringan saraf atau
nefritis.
Klasifikasi
difteri :
1.
Difteria hidung
Gejalanya paling ringan dan jarang terdapat
(hanya 2%). Mula-mula hanya tampak pilek, tetapi kemudian secret yang keluar
tercampur sedikit yang berasal dari pseudomembren. Penyebaran pseudomembran
dapat pula mencapai foring dan laring.
2.
Difteria faring dan tonsil (difteria fausial)
Paling sering dijumpai (I 75%). Gejala mungkin
ringan. Hanya berupa radang pada selaput pada selaput lendir dan tidak
membentuk pseudomembran, dapat sembuh sendiri dan memberikan imunitas pada
penderita.
Pada penyakit yang lebih berat, mulainya
seperti radang akut tenggorok dengan suhu yang tidak terlalu tinggi dapat
ditemukan pseudomembran yang mula-mula hanya berapa bercak putih keabu-abuan
yang cepat meluas ke nasofaring atau ke laring, nafas berbau dan timbul
pembengkakan kelenjar regional sehingga leher tampak seperti leher sapi (bull neck)
Dapat terjadi salah menelan dan suara serak serta stridor inspirasi walaupun belum terjadi sumbatan faring. Hal ini disebabkan oleh paresisi palatum mole. Pada pemeriksaan darah dapat terjadi penurunan kadar haemoglobin dan leukositosis, polimorfonukleus, penurunan jumlah eritrosit dan kadar albumin, sedangkan pada urin mungkin dapat ditemukan albuminuria ringan.
Dapat terjadi salah menelan dan suara serak serta stridor inspirasi walaupun belum terjadi sumbatan faring. Hal ini disebabkan oleh paresisi palatum mole. Pada pemeriksaan darah dapat terjadi penurunan kadar haemoglobin dan leukositosis, polimorfonukleus, penurunan jumlah eritrosit dan kadar albumin, sedangkan pada urin mungkin dapat ditemukan albuminuria ringan.
3.
Diftheria Laring dan trachea
Lebih sering sebagai penjalaran difteria
faring dan tonsil (3 kali lebih banyak dari pada primer mengenai laring. Gejala
gangguan jalan nafas berupa suara serak dan stridor inspirasi jelas dan bila
lebih berat dapat timbul sesak nafas hebat. Slanosis dan tampak retraksi
suprastemal serta epigastrium. Pembesaran kelenjar regional akan menyebabkan
bull neck. Pada pemeriksaan laring tampak kemerahan sembab, banyak secret dan
permukaan ditutupi oleh pseudomembran. Bila anak terlihat sesak dan payah
sekali maka harus segera ditolong dengan tindakan trake ostomi sebagai
pertolongan pertama.
4.
Diftheria Faeraneus
Merupakan keadaan yang sangat jarang sekali
terdapat. Tan Eng Tie (1965) mendapatlan 30% infeksi kulit yang diperiksanya
megandung kuman diphtheria. Dapat pula timbul di daerah konjungtiva, vagina dan
umbilicus.
c.
Komplikasi
a.
Aluran Pernafasan
Obstruksi jalan nafas dengan segala bronkopnemonia atelaktasio
Obstruksi jalan nafas dengan segala bronkopnemonia atelaktasio
b. Kardiovaskuler
Miokarditir akibat toksin yang dibentuk kuman penyakit ini
c. Urogenital
Dapat terjadi Nefritis
d. Susunan daraf
Kira-kira 10% penderita difteria akan mengalami komplikasi yang mengenai system susunan saraf terutama system motorik
Paralisis / parese dapat berupa :
1. Paralasis / paresis palatum mole sehingga terjadi rinolalia, kesukaran menelan sifatnya reversible dan terjadi pada minggu ke satu dan kedua.
2. Paralisis / paresis otot-otot mutu, sehingga dapat mengakibatkan strabisinus gangguan akomodasi, dilatasi pupil atau ptosis, yang setelah minggu ke tiga.
3. Paralisis umum yang dapat timbul setelah
minggu ke 4, kelainan dapat aotot muka, leher anggota gerak dan yang
paling penting dan berbahaya bila mengenai otot pernafasan.
3. Penatalaksanaan
1.
Penatalaksanaan Mandiri
Terdiri dari : Perawatan yang baik, istirahat
mutlak ditempat tidur, isolasi penderita dan pengawasan yang ketat atas
kemungkinan timbulnya komplikasi antara lain pemeriksaan EKG tiap minggu.
2. Penatalaksanaan Medis
a. Anti Diphteria Serum (ADS) diberikan sebanyak 20.000 untuk hari selama 2 hari berturut-turut dengan sebelumnya dilakukan uji kulit dan mata bila ternyata penderita peka terhadap serum tersebut, maka harus dilakukan desentitisasi dengan cara besderka
b. Antibiotika diberikan penisilan 50.000 untuk kgbb/hari sampai 3 hari bebas panas. Pada penderita yang dilakukan trakeostomi, ditambahkan kloramfenikol 75 mm/kg bb/hari dibagi 4 dosis.
c. Kortikosteroid obat ini di maksudkan untuk mencegah timbulnya komplikasi miokarditis yang sangat berbahaya. Dapat diberikan prednison 2 mg/kkbb/hari selama 3 minggu yang kemudian dihentikan secara bertahap.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Difteri adalah suatu infeksi akut yang
disebabkan oleh bakteri penghasil racun corynebacterium diphtheria, dan lebih
sering menyerang anak-anak. Bakteri ini biasanya menyerang saluran pernafasan,
terutama laring, tonsil, dan faring. Tetapi tidak jarang racun juga menyerang
kulit dan bahkan menyebabkan kerusakaan saraf dan juga jantung.
Pada serangan difteri berat akan ditemukan
psudomembran, yaitu lapisan selaput yang terdiri dari sel darah putih yang
mati, bakteri, dan bahan lainnya, didekat tonsil dan bagian faring yang lain.
Membrane ini tidak mudah robek dan bewarna keabu-abuan. Jika membran ini
dilepaskan secara paksa maka lapsan lender dibawahnya akan berdarah. Membran
inilah penyebab penyempitan saluran udaraaau secara tiba-tiba bias terlepas dan
menyumbat saluran udara sehingga anak mengalami kesulitan bernafas.
Berdasarkan gejala dan ditemukanya membran inilah diagnosis ditegakkan. Tidak jarang dilakukan pemeriksaan terhadap lendir di faring dan dibuatkan biakan dilaboratorium. Sedangkan untuk melihat kelainan jantung yang terjadi akibat penyakit ini dilakukan pemeriksaan dengan EKG. Penularan difteri dapat melalui kontak langsung seperti berbicara dengan penderita, melalui udara yang tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.
Berdasarkan gejala dan ditemukanya membran inilah diagnosis ditegakkan. Tidak jarang dilakukan pemeriksaan terhadap lendir di faring dan dibuatkan biakan dilaboratorium. Sedangkan untuk melihat kelainan jantung yang terjadi akibat penyakit ini dilakukan pemeriksaan dengan EKG. Penularan difteri dapat melalui kontak langsung seperti berbicara dengan penderita, melalui udara yang tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.
Tetapi sejak diperkenalkan vaksin DPT
(Difteri, Pertusis, Tetanus), penyakit difteri jarang dijumpai. Vaksin
imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan system kekebalan
tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan
vaksin akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan
ini.
B.
Saran
Karena difteri adalah penyebab kematian pada
anak-anak, maka disarankan untuk anak-anak wajib diberikan imunisasi yaitu
vaksin DPT yang merupakan wajib pada anak, tetapi kekebalan yang diperoleh
hanya selama 10 tahun setelah imunisasi. Sehingga orang dewasa sebaiknya
menjalani vaksinasi booster (DT) setiap 10 tahun sekali, dan harus dilakukan
pencarian dan kemudian mengobati carier difteri dan dilkaukan uji schick.
Selain itu juga kita dapat menyarankan untuk
mengurangi minum es karena minum minuman yang terlalu dingin secara berlebihan
dapat mengiritasi tenggorokan dan menyebabkan tenggorokan tersa sakit. Juga
menjaga kebersihan badan, pakaian, dan lingkungan karena difteri mudah menular
dalam lingkungan yang buruk dengan tingkat sanitasi rendah. Dan makanan yang
dikonsumsi harus bersih yaitu makan makanan 4 sehat 5 sempurna.
Sedangkan untuk perawat, penderita dengan
difteri harus diberikan isolasi dan baru dapat dipulangkan setelah pemeriksaan
sediaan langsung menunjukkan tidak terdapat lagi C. diphtheria 2x
berturut-turut. Gunakan prosedur terlindungi infeksi jika melakukan kontak
langsung dengan anak (APD).
Daftar Pustaka
Carpentino, Lynda
Juall.2001.Buku Saku :Diagnosa keperawatan edisi: 8 Peneterjemah Monica
Ester.EGC.Jakarta
Doengoes, E Marlynn,dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3 penterjemah Monica Ester.EGC.Jakarta
Staf pengajar Ilmu kesehatan Anak.2005.Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta: Fkui
Doengoes, E Marlynn,dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3 penterjemah Monica Ester.EGC.Jakarta
Staf pengajar Ilmu kesehatan Anak.2005.Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta: Fkui